- Fungsi Edukatif. Fungsi yang pertama ini adalah fungsi secara dasar-dasar hukum agama yang menyuruh/mengajak para pemeluknya untuk berbuat baik dan melarang untuk berbuat hal-hal buruk. Sehingga para pemeluknya merasa takut untuk berbuat dosa. Dan akan terbiasa dengan perilaku baik dan meninggalkan perilaku buruk
- Fungsi Penyelamat. Fungsi ini adalah fungsi perspektif masing-masing agama. Setiap agama menjamin bahwa pemeluknya akan masuk surga bila melakukan perbuatan baik dan mengikuti seluruh ajaran agama tersebut. Maka setiap pemeluk agama pasti nya mendambakan surga dan berlomba-lomba untuk berbuat baik
- Fungsi Perdamaian. Fungsi ini memberikan kedamaian pada orang yang bersalah ataupun berdosa. Setiap individu ataupun kelompok pasti pernah melakukan dosa. Maka mereka akan mencapai kedamaian batin melalui bertaubat dan mengubah cara hidup mereka.
- Fungsi Kontrol Sosial. Fungsi ini membentuk penganutnya makin memperhatikan masalah-masalah sosial seperti, kemiskinan, ketidak adilan, kemaksiatan, dll. kepekaan ini juga yang mendorong kita tidak bisa melihat hal-hal diatas dan membiarkannya begitu saja.
- Fungsi Pembaharuan. Fungsi ini dapat merubah kehidupan pribadi ataupun kelompok menjadi kehidupan baru yang lebih baik. Agama terus-menerus dapat mempengaruhi perubahan nilai dan moral bagi kehidupan masyarakat dan bernegara.
Dilihat dari fungsi-fungsi diatas, agama selalu memberikan fungsi
positif kepada para pemeluknya dalam kehidupan bermasyarakat. Kecuali
adanya provokasi dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk
memecah belah kehidupan sosial masyarakatnya.
Contoh Konflik Antar Agama :
Yang
kelima adalah Kasus Poso merupakan potret buram hubungan Islam dan
Kristen di Indonesia. Persaingan antara pemeluk Islam dan Kristen
sebenarnya telah ada semenjak era kolonial, tetapi baru pada Era
Reformasi persaingan tersebut berubah menjadi konflik berdarah.
Kebijakan untuk menghindari isu SARA di Era Orde Baru ternyata berbuah
ledakan konflik setelah tumbangnya kekuasaan Orde Baru.
Konflik
Poso umumnya dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama berlangsung pada
tanggal 25-30 Desember 1998 dipicu oleh penyerangan terhadap Ridwan (21
tahun) yang sedang tidur-tiduran di masjid oleh tiga pemuda Kristen yang
sedang mabuk. Peristiw atersebut kemudian disusul dengan penyerangan
oleh massa Herman Parimo ke sejumlah rumah milik warga muslim. Peristiwa
tersebut diakhiri dengan ditangkapnya Herman Primo yang diadili pada
awal Januari 1999.
Konflik
Poso fase kedua terjadi pada 15-21 April 2002. Konflik jilid kedua
dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen dan pemuda Islam.
Peristiwa tersebut disusul dengan perusakan dan pembakaran rumah, kios,
serta bangunan sekolah milik warga Kristen dan mengakibatkan pengungsian
kalangan Kristen.
Konflik
Poso Fase ketiga terjadi pada 23 Mei-10 Juni 2001. kerusuhan tersebut
dimulai dengan kehadiran pasukan ninja pimpinan Fabianus Tibo. Pada
pertengahan Mei mulai terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok
Tibo. Puncaknya adalh pembunuhan sekitar 200 santri di Pesantren
Walisongo.
Konflik
Poso mengakibatkan 504 orang meninggal, 313 orang terluka, dan sebanyak
7022 rumah terbakar, 1378 rumah rusak berat dan 690 rumah rusak ringan,
31 tempat ibadah rusak, sebuah Pesantren rusak, dan berbagai fasilitas
lainnya.7 Konflik
fase ketiga adalah yang paling berdarah dalam rangkaian kasus Poso.
Konflik Poso diakhiri dengan penangkapan dan penahanan para tersangka,
di antaranya adalah hukuman mati terhadap Fabianus Tibo dan penangkapan
beberapa warga dari pihak Islam.
Dalam konflik Poso, institusi agama, seperti gereja dan ormas Islam
turut campur. Kasus Poso fase kedua dan ketiga menyebabkan mobilisasi
massa dengan menggunakan jaringan agama masing-masing. Gereja menjadi
tempat untuk mobilisasi massa Kristen, sementara itu Ormas-ormas Islam
menjadi sarana untuk mengumpulkan dukungan untuk membantu sesama
muslim.
Secara acak, konflik Poso masih belum sepenuhnya reda sampai beberapa
waktu kemudian dengan adanya mutilasi tiga orang siswi Kristen dan
pembunuhan seorang pendeta. Kasus Poso kemudian juga menarik perhatian
internasional, terutama setelah terjadinya kasus World Trade Centre 11
September 1999. pemerintah Indonesia mendapatkan tekanan dari pihak
asing untuk menyelesaikan kasus Poso dan menekan kelompok-kelompok Islam
yang dituduh sebagai Jemaat Islamiyah.
bagus banget infonya buat belajar kak
BalasHapusElever