PELAMPIASAN
SOSIAL DALAM MASYARAKAT
Pelapisan Sosial. Di dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan
sosial, seperti masyarakat lapisan atas, menengah dan bawah. Terjadinya
pelapisan sosial ini (juga disebut stratifikasi sosial) adalah sebagai hasil
penilaian masyarakat terhadap individu-individu dalam masyarakat. Selama di
dalam masyarakat terdapat sesuatu yang dinilai atau dihargai, maka hal ini akan
menyebabkan terjadinya penggolongan individu-individu ke dalam lapisan sosial
tertentu. Hal yang dinilai atau dihargai masyarakat kita pada umumnya adalah
antara lain : kekayaan, kekuasaan, jabatan, kehormatan, kewibawaan, kejujuran,
kepandaian, kealiman dan sebagainya. Mungkin saja seseorang dapat memiliki
lebih dari satu apa yang dihargai itu dimiliki seseorang, akan menempatkan orang
itu dalam lapisan lebih rendah dan bila cukup saja, mungkin akan menempatkan
orang dalam lapisan menengah. Rupa-rupanya sampai saat ini kekayaan merupakan
ukuran yang menonjol dibandingkan dengan yang lainnya.Dalam masyarakat desa,
pada mulanya yang masuk lapisan atas itu adalah mereka yang berasal turunan
orang-orang yang membuka atau mendirikan desa, yang pada umumnya memiliki tanah
pertanian yang luas dan baik di seputar pusat desa. Sedang yang dianggap
lapisan menengah adalah turunan orang-orang yang datang kemudian ke desa itu,
yang membuka tanah pertanian agak jauh dari pusat desa. Lapisan yang terendah
terdiri dari mereka yang mempunyai rumah di atas tanah orang lain dan mereka
yang menumpang di dalam rumah orang lain. Tetapi sekarang hal tersebut telah
tidak berlaku seluruhnya, sebab pada akhirnya kekayaan, kekuasaan, kehormatn
dan kepandaian menentukan lapisan-lapisan sosial.
Kedudukan atau
Status-posisi seseorang beserta peranannya merupakan unsur-unsur di dalam
pelapisan sosial itu. Tingkah laku seseorang, yang telah berisi tata nilai,
diwujudkan di dalam peranan seseorang.
Peranan seseorang adalah berbeda-beda, tergantung kepada
status-posisi atau kedudukan seseorang itu di dalam masyarakat. Sebagai
misalnya seseorang mempunyai kedudukan atau status-posisi "guru",
maka ia harus memainkan peranan seorang guru; seseorang yang mempunyai
kedudukan atau status-posisi seorang "penguasa" (pejabat), maka ia
harus memainkan peranan seorang penguasa (pejabat); seseorang yang mempunyai
kedudukan atau status-posisi seorang "bapak" (kepala keluarga), maka
ia harus memainkan peranan seorang bapak (kepala keluarga) dan sebagainya.
Peranan kedudukan atau status-posisi seseorang itu
(seperti sebagai guru, penguasa dan kepala keluarga) telah ditentukan oleh
masyarakat. Pemilik status-posisi itu tidak boleh memainkan peranan yang
menyimpang dari apa yang telah ditentukan itu. Dapatlah sekarang dikatakan
bahwa tingkah laku seseorang itu telah terpolakan menurut kedudukan atau
status-posisinya di dalam masyarakat.
Kedudukan atau status-posisi seseorang di dalam masyarakat
dapat diperoleh dengan bermacam cara, antara lain :
1. Karena kelahiran atau
turunan dari orang tua; misalnya bapak bangsawan, maka anaknya pun bangsawan
2. Kerena dicapai
seseorang dengan usaha yang disengaja, misalnya guru, ulama, penyuluh, sarjana
(umumnya jabatan-jabatan resmi atau formal)
3. Karena diberikan atau
diangkat oleh masyarakat, disebabkan karena berjasa dalam membela kepentingan
umum (contoh Pahlawan Nasional, Putra Indonesia Terbaik), karena mempunyai
prestasi yang menonjol.
Status-posisi di dalam
masyarakat akan menunjuk kepada suatu struktur jenjang, yang di dalamnya
terkandung kekuasaan dan wewenang. Misalnya status-posisi seorang bapak
mempunyai kekuasaan terhadap istri dan anaknya dengan wewenang tertentu;
demikian pula status-posisi guru terhadap murid, pejabat terhadap atasan dan
bawahannya.
Dalam bergaul di masyarakat kita perlu sekali memperhatikan status-posisi atau
kedudukan seseorang. Pada umumnya orang-orang sangat peka akan status-posisi
yang dimilikinya. Bahkan status-posisi atau kedudukan ini sangat dipelihara
atau dibanggakan (terutama kedudukan tinggi dalam masyarakatnya). Oleh karena
itu apabila kita memandang enteng atau tidak menghiraukan status-posisi atau
kedudukan seseorang, terutama dalam mengadakan inteaksi dan komunikasi engan
orang-orang tersebut, biasanya interaksi atau komunikasi itu tidak akan
mencapai sasarannya. Hal ini dapat dikarenakan :
1. Bila seseorang merasa bahwa status-posisi atau
kedudukannya diremehkan, maka pada umumnya orang itu akan merasa tidak senang,
sehingga tidak akan menanggapi interaksi atau komunikasi yang diselenggarakan
itu
2. Oleh karena
status-posisi itu merupakan unsur lapisan sosial, maka kedudukan akan merupakan
struktur jenjang. Apabila dalam komunikasi melangkahi salah satu status-posisi,
maka pada umumnya akan menyinggung perasaan orang lain yang status-posisinya
dilangkahi itu.
3. Urut status-posisi itu
mengandung unsur-unsur kekuasaan dan wewenang seseorang; oleh karena itu
apabila wewenang seseorang dianggap lebih kecil dari wewenang yang terkandung
dalam status-posisi yang sebenarnya, maka umumnya orang tidak akan merasa puas.
Umumnya orang-orang tidak menginginkan wewenangnya dianggap lebih kecil ataupun
lebih besar dai wewenang yang terkandung di dalam status-posisi yang
sebenarnya.
Selain itu, perlu pula
diketahui bahwa seseorang tidak hanya memiliki satu kedudkan atau satu
status-posisi saja, melainkan mungkin lebih dari satau status-posisi. Misalnya
di dalam kelompok tani ia sebagai seorang petani maju. Di rumah sebagai kepala
keluarga, dan di dalam jabatan resmi ia sebagai juru tulis. Dengan demikian
perilaku peranan yang harus dimainkannya juga tiga perilaku peranan; dirumah ia
mengatur kebijasanaan rumah tangga, di kelompok ia harus mentaati aturan
kelompok, tetapi di RT/RW lain ia sebagai warga biasa.
CONTOH PELAMPIASAN SOSIAL
DALAM MASYARAKAT DALAM HAM
Dalam organisasi jabatan
ketua akan lebih dihargai dibandingkan dengan jabatan anggota. Contoh lainnya
adalah dalam kehidupan kantor, pimpinan perusahaan sangat dihargai dibandingkan
bawahannya.menurut kedudukan dan menurut starata sosial memang kedudukan manager
lebih tinggi dibandingkan dengan OB , tetapi kita juga harus menghargainya dan
tidak boleh membandingkan karena kedudukan manusia dimata Allah adalah sama dan
tidak ada yang membedakan .
(Ir. Amirudin Aidin Beng, MM, Penyuluh Pertanian Madya. Sumber
:Sosiologi Pedesaan Bagi Kegiatan Penyuluhan Pertanian, Departemen Pertanian)
bermanfaat sekali infonya
BalasHapusElever Media Indonesia